KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Pada Sudut Ketiak Malam


Pada Sudut Ketiak Malam


ribuan malam kuarungi
ribuan malam kuselami
sekadar menemukan tuhan
pada sudut ketiak malam
namun kala fajar tiba
dan lonceng gereja bergema
yang kujumpai hanya setan

mungkin caraku salah
harus segera kuhentikan
mencari tuhan
pada sudut ketiak malam

tidur malam bangun pagi
adalah cara yang baik
seperti waktu di seminari
mencari tuhan waktu pagi
lelap pada sudut ketiak malam

lelap di malam hari
dan bangun pagi hari
adalah puncak kebijaksanaan
di sana pasti ada tuhan

tepi Jakal, 07 Juni 2012
Padmo Adi

Comments