KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

AKU MENCINTAIMU... TAPI...

AKU MENCINTAIMU... TAPI...

Aku mencintaimu... tapi karena kamu hanya naik pit kebo...
Aku mencintaimu... tapi karena kamu hanya lulusan kelas bahasa, bukan IPA...
Aku mencintaimu... tapi karena kamu menyembah Seorang Gondrong Brewokan...
Aku mencintaimu... tapi karena kamu sendiri juga gondrong...
Aku mencintaimu... tapi karena kamu hanya seorang penyair...
Aku mencintaimu... tapi karena kamu sipit dan kulitmu putih sekali...

Aku mencintaimu... tapi aku mau kamu naik Marcedes
Aku mencintaimu... tapi aku mau kamu kuliah di kedokteran, bukan di sastra
Aku mencintaimu... tapi aku mau kamu berhenti menyembah Si Gondrong Brewokan
Aku mencintaimu... tapi aku mau kamu potong rambut seperti boy band Korea
Aku mencintaimu... tapi aku mau kamu mengurungkan cita-citamu itu
Aku mencintaimu... tapi aku mau kamu meninggalkan keluargamu dan margamu

kata seorang gadis kepada seorang lelaki
karena si gadis sungguh mencintai si lelaki

Sarang Kalong, 01 November 2012
Padmo Adi

Comments