KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Media Itu Bernama Jembut

Media Itu Bernama Jembut

Sudah dengar berita terkini?
Tentang selebritis
(maaf saya tidak terima dia disebut artis)
yang dicekal karena nyimeng dan ngoplo itu?
Seluruh media memberitakannya...
mulai dari berita gosip panas terkini,

hingga media mainstream negeri ini

Informasi yang kita perlukan sudah cukup
tetapi kita malah dijejali dengan berita-berita yang tak penting
yang sang ayah tak terimalah
yang sang terduga harus tidur di lantailah
yang si lelaki belum tidur setelah shootinglah
yang si perempuan tak kuat ingin segera pulanglah
mendramatisasi
(mungkin lebih cocok 'menyinetronisasi')

Bayangkan jika yang terjerat kasus itu aku... atau kamu...
"Seorang penyair ditangkap saat sedang menenggak ciu"
itu pun pasti hanya menjadi berita pojok koran lokal setempat
yang halaman pertamanya hanya berisi berita pemerkosaan itu

Kita dialienasi dari diri kita sendiri
oleh media yang menjejali informasi
yang tidak mendesak dan penting

(Maka aku mematikan televisi
membuka facebook ini
dan menulis puisi... .
Sebuah satire?) 

30 Januari 2013
Padmo Adi

Comments