KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Di Depan Altar Ini

Di Depan Altar Ini
*untuk kawan-kawan yang sudah kawin

Di depan altar ini
kita berjalan beriringan
membawa lilin dan dupa wangi
serta roti dan anggur persembahan

Di depan altar ini
kita berjanji saling mencintai
di dalam susah atau senang
di dalam untung maupun malang

Di depan altar ini
kita saling memandangi
mulutku memagut mulutmu
setelah sang padri memberi berkat restu

Di depan altar ini
engkau membujur kaku
di dalam peti terbaring sendiri
dengan senyum meninggalkan aku

Januari 2009

Padmo Adi

Comments