KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

(Jog)Jakarta - Sebuah Jakarta yang Lain

(Jog)Jakarta
Sebuah Jakarta yang Lain

Cinta kita yang terpisah
(Jog)Jakarta
Kautahu dan mengerti benar
aku benci Batavia
Jika itu bukan oleh karenamu
takkan sudi kuinjakkan kaki
di Kota Pelacur Tua

Segala kemewahan yang ditawarkan
Segala gemerlap yang mencekam
justru membuatku kehilangan hidup
Gedung-gedung raksasa nan megah itu
tak mampu menutupi
kekumuhan
kesemrawutan
bau bacin selokan
dan udara pekat keabu-abuan

Aku selalu tak habis pikir
bagaimana mungkin kaubisa hidup
di penjara raksasa macam itu?

Batavia adalah laboratorium kapitalisme dan segala akibatnya
sementara kita adalah kelinci-kelinci percobaannya
Kautahu, Kekasih, cinta kita taruhannya!!!

Tapi aku tak mau kalah
Aku tak ingin kehilangan momentum
untuk bertemu denganmu
melihat senyummu

Cinta kita yang terpisah
(Jog)Jakarta
Bukan agama
Bukan kolot pikir orang tua
Bukan adat masyarakat
Tetapi semata kita butuh uang
untuk tetap hidup di dalam sistem
yang sudah bobrok ini
Dan kita terpisah
(Jog)Jakarta

Ah... bahkan kapitalisme telah lancang mengurusi perihal cinta!!!

Dengan gontai aku pulang...
Kembali ke pelukan ibu... Mataram
Meninggalkan
kekumuhan
kesemrawutan
bau bacin selokan
dan udara pekat keabu-abuan

Akan tetapi...
kautahu, Kekasih,
apa yang di rumah kutemukan?
Rara Jonggrang meminta Bandung Bandawasa
tak lagi membangun seribu candi
melainkan seribu hotel berbintang
supaya hadir Jakarta-jakarta yang lain
(Jog)Jakarta

Trans-Jogja, Ring Road Utara
18 Oktober 2014
Padmo Adi

Comments