BADAI BUNGAKU TAIKAI 2024 - MIZU NO OTO

[BADAI BUNGAKU TAIKAI 2024 - MIZU NO OTO] 皆さん、こんにちは! ✨ Pada kesempatan kali ini, Program Studi Sastra Jepang Universitas Brawijaya dengan bangga mempersembahkan: Humanities Studies Competition: Badai Bungaku Taikai 2024 Kegiatan ini merupakan lomba berskala nasional yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa D3, D4, dan S1 seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. Adapun beberapa kompetisi yang diperlombakan pada kesempatan kali ini adalah sebagai berikut: - Lomba Tanka - Lomba Shodou - Lomba Esai tentang Jepang (dalam bahasa Indonesia) - Lomba Happyou (Presentasi) - Lomba Kamishibai (Cerita Bergambar) 📆 Timeline: 24 April - 15 Mei: Publikasi dan pengumpulan karya 16 Mei - 27 Mei: Penilaian dan penjurian 30 Mei: Pengumuman pemenang (daring) Buku panduan dapat diakses melalui: bit.ly/BukpanBBT24  📞 Narahubung: Tanka: +62 882-9794-1507 (Ryan) Esai: +62 859-5606-4149 (Haikal) Shodou: +62 819-1488-8286 (Dio) Happyou: +62 851-5634-0019 (Aus) Kamishibai: +62 812-1642-0528 (Caecilia)  

Orang-orang Kalah


Orang-orang Kalah
*kepada Padma Kuntjara
Mungkin benar katamu,
kita adalah orang-orang kalah.
Kita adalah orang-orang yang gelisah
tetapi takdir membuat kita pasrah.

Idealisakit, katamu.
Aku mulai jarang mendengar jeritanmu
sebagaimana aku pun kini jarang meradang.
Mungkin kita berdua sudah tumpul.
Mungkin kita berdua tidak cukup berani.
Kita ditinggalkan seakan tanpa pilihan.

Orang memang hidup bukan dari roti saja,
melainkan juga dari kata!
Hanya saja, kata tidak pernah mengenyangkan
tetapi semata memberi ketentraman jiwa.
Kita tak pernah punya cukup nyali untuk total di sana!
Kini, kita dapati diri kita membusuk di belakang meja.

Mungkin kaulebih beruntung.
Di atas mejamu, kaumasih bisa bebas membuat rupa.
Sementara aku, di atas mejaku hanya ada excel!
Pelepas dahaga hanyalah ketika menemani darah-darah muda.
Mungkin itu yang bisa membuat aku tetap bermimpi.

Suatu hari nanti kita akan merindukan hidup bohemian,
suatu kemewahan yang tidak bisa dinilai dengan Soekarno-Hatta.
Sebab, di sana kita mereguk pagi yang abadi,
seakan-akan surga telah hadir di bumi.
Kini, kita hanyalah orang kalah.
Mau sampai kapan?
Duapuluh? Tigapuluh tahun lagi?
Sampai kapan?
Beberapa mimpi dengan enggan kukuburkan.
Bapakku, ommu itu, mati belum genap empat lima.

22 Juli 2016
Padmo Adi

Comments