KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

Secangkir Creamy-White-Coffee-Like-Her-Pussy

Secangkir Creamy-White-Coffee-Like-Her-Pussy

Setahun lalu kaudatang padaku mengemis
Dengan senyum memberiku janji manis
Akan perjuangan bersama yang mulia
Dan harapan akan surga yang turun ke dunia

Kini kaucampakkan aku di sudut berdebu
Kudapati diriku meratapi nasib dengan gerutu
Apa lacur, aku terlanjur ditetak oleh Sang Bapa
Terfragmentasi, kagol, dan ambyar menyisakan a

Jujur, aku rindu rindang Beringin itu...
Di bawahnya kami mabuk buku dan ciu
Dan di sana, sesuatu belum juga selesai
Masih tertinggal tergeletak terbengkalai

Kuwat lakoni, ra kuwat tinggal ngopi!
Maka, ke dalam kopi itu aku melarutkan diri
Sekadar menghibur hati yang meradang
Lalu perempuan pelayan itu datang

Ya...
I like it creamy-white-coffee-like-her-pussy

Karangasem, 22 Agustus 2017
Padmo Adi

Comments