KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

KISAH SEORANG PETANI DAN ANAK LELAKINYA

KISAH SEORANG PETANI DAN ANAK LELAKINYA

Seorang petani membajak sawah.
Dia memang tidak kaya, tapi dia punya tanah pusaka.

Seorang anak menangis sepulang sekolah.
Dia malu naik pit kebo tua; teman-temannya naik ninja.

Seorang anak merengek, menuntut sang ayah.
Dia minta dibelikan motor, atau lebih baik mati saja.

Seorang petani menjual sawah.
Membawa uang, dia beranjak ke diler demi anak tercinta.

Seorang anak naik ninja, dia tampak gagah.
Kehilangan pusaka, dia kerja jadi kasir swalayan waralaba.

Surakarta, 13 Agustus 2018
Padmo Adi
motor sport di tepi sawah di bawah senja
dokumen pribadi



Comments